Rabu, 14 Februari 2018

TRADISI MALAM 1 SURO DI TEMANGGUNG

TRADISI MALAM 1 SURO
DI NGADIREJO TEMANGGUNG

            Setiap daerah pasti memiliki adat istiadat yang berbeda-beda, tentu juga terdapat tradisi-tradisi yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat daerah tersebut yang biasanya karena kepercayaan masyarakat terhadap nenek moyang pendahulu, juga sebagai bentuk persembahan kepada yang menguasai daerah tersebut atau dalam bahasa jawa disebut “sing mbau rekso”, yaitu seseorang yang dipercaya menduduki atau menguasai daerah tersebut sebelum mereka.
            Begitu juga di daerah Temanggung terdapat suatu tradisi yang biasa dilakukan setiap malam satu suro atau satu muharam oleh masyarakat sekitar, tepatnya di sendang Sidhukun desa Traji, kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Tradisi tersebut diawali dengan sebuah ritual yaitu Kepala Desa di dampingi istrinya diarak menggunakan kereta atau delman dari rumah ke sendang Sidhukun dengan berpakaian pengantin adat jawa selayaknya pengantin baru. Dengan diikuti warga masyarakat setempat yang mengusung tandu sesaji yang disebut Angsung Bulu Bekti dan Gunungan yang berisi sesaji kepala kambing, bunga wangi, pisang raja, dan buah-buahan lain serta minuman kopi yang harus menggunakan wadah panci tertutup, wedang santen dan kemudian ketan bakar, sedangkan gunungannya berisi hasil bumi atau hasil pertanian daerah setempat yaitu kacang panjang, sawi, cabai, bawang merah, bawang putih, terong, dan singkong.
            Ritual tersebut dilakukan sekitar pukul 18.00-19.00 WIB. Setelah pengantin dan para pengiringnya sampai di sendang maka dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Kepala Desa dan dilakukan penyebaran gunungan ke sendang, di sana sudah ada kerumunan orang-orang yang menyaksikan acara tersebut untuk menangkap gunungan yang disebarkan tersebut. Merea juga antre untuk mendapatan air dari mata air sendang Sidhukun yang dilakukan oleh juru kunci sendang. Masyarakat berkeyakinan akan mendapat berkah dan emudahan jika mengiuti acara tersebut atau jika mendapat hasil dari gunungan tersebut. Mata air sendang juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyait dan membuat awet muda.
            Selain itu dilakukan ritual “Kacar-Kucur” yaitu seperti siraman pengantin, ini dilakukan oleh Kepala Desa dan Istrinya. Setelah dilakukan siraman selanjutnya dilakukan dengan mengelilingi sendang diikuti beberapa perangkat desa.
            Setelah kembali ke balai desa, Kepala Desa Traji beserta istri duduk berdampingan dan mendapat penghormatan berupa sungkeman dari seluruh perangkat desa. Pada kesempatan itu mereka membagikan uang logam kepada siapapun yang sungkeman sebagai simbol berkah atas ritual. Ritual diakhiri dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk selama tujuh malam.
            Tradisi itu bermula dari kisah dalang wayang kulit bernama Garu. Dia didatangi orang berpakaian bangsawan yang mengaku berasal dari Desa Traji dan meminta untuk mementaskan wayang kulit setiap 1 suro. Setelah mementaskan wayang Garu dibayar oleh orang itu berupa kunir 1 nampan, namun Garu hanya mengambil 3 kunir saja.
            Ketika  hendak pulang Garu di di beri amanat oleh orang itu. Garu tidak boleh menoleh sebelum 7 langkah, namun Garu tidak mengindahkan pesan itu. Ketika menoleh ternyata orang itu sudah hilang, tempat itu berubah menjadi sendang atau kolam dan 3 kunir yang diambilnya berubah menjadi emas batangan.
            Setelah itu Garu sadar tenyata orang itu bukan sembarangan orang, kemudian beliau pergi ke sesepuh Desa Traji dan meminta setiap Suro ada pementasan wayang di desa tersebut.
            Tradisi tersebut sempat mau dihilangkan, namun baru rencana saja warga setempat banyak yang mengalami kesusahan, gagal panen, kekeringan dan banyak orang sakit. Sehingga sampai sekarang tradisi kebudayaan tersebut masih berlangsung setiap tahunnya dan tradisi budaya ini terus dilestarikan. Masyarakat hingga saat ini memercayai akan mendapatkan rezeki melimpah, dagangan laris, tanaman pertanian subur, dan mereka yang menjadi pegawai dapat bekerja secara baik setelah mengikuti ritual tersebut.
Pagelaran wayang kulit ini diyakini akan berpengaruh pada keberhasilan kehidupan mereka. Sebab, selain sebagai salah satu bentuk persembahan terima kasih kepada alam, juga dalam cerita wayang mengandung ajaran-ajaran tentang filosofi hidup.
Dapat disimpulkan ritual tradisi diatas:
1)      Bahwa Pelaksanaan upacara adat 1 Sura di Desa Traji merupakan warisan leluhur yang sudah menjadikan adat istiadat yang tidak dapat ditinggalkan dan harus dilaksanakan oleh masyarakat Desa Traji.
2)      Pertimbangan masyarakat Desa Traji selalu melaksanakan ritual upacara adat 1 Sura adalah sebagai berikut:
a.       Sarana memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b.      Menjadikan sebagai wisata agar perekonomian masyarakat Desa Traji lebih berkembang,
c.       Sebagai wadah menggalang persatuan dan kesatuan bagi seluruh umat beragama,
d.      Melestarikan adat kebudayaan tradisional masyarakat Desa Traji peninggalan nenek moyang; Dan
3)      Adapun corak adat yang tercermin dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura yaitu: corak komunal (kebersamaan), religio magis (kepercayaan), dan tradisional.

4)      Ritual ini mempunyai maksud-maksud yang lebih ilmiah, yaitu menumbuhkan kerukunan di antara warga desa Traji yang terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan. “Nawu sendang”, dimaksudkan sebagai usaha untuk memelihara sumber mata air agar tidak liar menjadi bajir atau malah mati menjadi kering dan harapannya kedepan tidak terjadi bencana.

1 komentar:

  1. Casinos Near Me - Find Casino Cities in Your State
    Best Casinos Near Me k9win · 1. Wild Casino - Near Me pci e 슬롯 - Pick w88dashboard Up Online Casino · 2. BetMGM - Near Me - 코인갤 Casino in Las Vegas · 3. Caesars 사다리 게임 사이트

    BalasHapus

HUKUM

lebih prioritaskan keluarga suami daripada istrinya sendiri

 lagi pengen curhat tapi yang orang terdekat gak tau. ya udah cerita disini aja. ada yang punya pengalaman sama gak sih? lagi viral juga soa...

BACA JUGA